Palu, beritasulteng.id – Walau masih hitungan hampir dua tahun dua bulan proses pemilihan Pilgub Sulteng 2024, Genderang persaingan para tokoh – tokoh politik, masyarakat, ketua – ketua Partai di Sulteng sampai ada wacana beberapa bupati di Sulawesi Tengah, bakal ikut meramaikan Pilgub nantinya.
Satu persatu yang punya hasrat / niatan semakin berani muncul kepermukaan untuk menarik simpatik masyarakat di Sulawesi Tengah, dengan berbagai cara dan melakukan pembentukan tim – tim kecil sejak dini demi mengangkat popularitas sang kandidat.
Dengan melihat struktur pembagian wilayah di Sulawesi Tengah, sangat terlihat jelas ada tokoh poltik dan ketua partai mulai semakin jelas muncul kepermukaan berbaur dengan masyarakat, sekaligus terang – terangan semakin mematangkan diri menuju orang nomor satu dan dua di Sulteng.
Selain Elektabilitas, Kombinasi Geopolitik Pasangan Timur-Luar Timur Dinilai Paling Ideal Menangi Pilgub Sulteng 2024
Kordinator Peneliti & Pengkajian Lembaga Pendidikan Kepemiluan (LPK) Sulteng Sigit Wibowo mengatakan Pasangan calon Gubernur Sulteng selain elektabilitas, kombinasi Geopolitik wilayah timur-luar timur paling ideal menangi Pilkada Sulteng 2024 mendatang.
Sebab selama ini, kata Sigit, Pasangan Gubernur Sulawesi Tengah selama ini Kombinasi dari Geopolitik wilayah timur-Luar Timur lebih dominan.
Semenjak Pilkada langsung diterapkan Pada tahun 2005 hanya Pasangan HB Paliudju-Achmad Yahya yang memenangkan Pilgub tahun 2006 yaitu pasangan lembah Palu dalam artian pasangan ini bukan kombinasi Geopolitik Wilayah timur-luar timur di Sulawesi Tengah melainkan representatif kombinasi Etnis yaitu Kaili-Bugis, sedangkan pasca Pilkada langsung 2006, mulai dari Longki Djanggola-Sudarto 2 Periode dan Rusdi Mastura-Ma’mun Amir semuanya Kombinasi timur-luar timur
“Jadi, pasangan Gubernur-Wakil mulai dari Longki 2 periode , hingga saat ini Rusdi Mastura, yang dipilih secara langsung oleh rakyat keduanya kombinasi Geopolitik Wilayah Timur-Luar Timur,” kata dia.
Sigit mengatakan Kombinasi Cagub geopolitik timur dan luar timur paling ideal menangi pilgub 2024 mendatang, tingkat keterpilihan kombinasi pasangan ini juga tinggi
Kombinasi pemimpin dari geopolitik Wilayah tersebut secara umum bisa dijelaskan dari dua hal.
Pertama, Geopolitik Sulteng di wilayah timur meliputi Kabupaten Banggai, Bangai Kepulauan, Banggai Laut, Morowali, Morowali Utara dan Touna memiliki populasi penduduk sekitar 33,47% dari keseluruhan penduduk wilayah Sulteng.
besarnya kantong-kantong suara di Geopolitik wilayah timur seperti Banggai Raya, dan geopolitik luar wilayah timur diantaranya Parimo dan Pasigala (Palu,Sigi Donggala) ini menjadi penentu kemenangan Pilgub
“Makanya ada slogan, Banggai Raya, Primo dan Pasigala adalah kunci,” kata Sigit.
“Kombinasi Geopolitik wilayah Timur dan geopolitik luar timur ini, merupakan bagian dari representatif politik.,” ujar Sigit
representasi keterwakilan Geopolitik wilayah cagub-cawagub juga menjadi variabel faktor penentu. Ia mencontohkan pasangan cagub cawagub Longki Djanggola dan Sudarto yang sukses memenangi Pilkada dua kali bagitupun pasangan Rusdi Mastura-Ma’mun Amir yang mememangkan Pilgub 2020 kemarin.
“Dalam model komunikasi konvergensi, kombinasi Geopolitik timur-luar timur itu akan memudahkan terjadinya komunikasi yang efektif. Konvergensi inilah yang membuat tingkat keterpilihan semakin meningkat jika terdapat kombinasi tersebut,” jelasnya.
Kedua, perilaku pemilih di Indonesia masih dominan pemilih emosional. Pemilih seperti ini memiliki hubungan emosional sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya sejak lahir. Identitas itu bisa terbentuk dalam paham ideologis, agama, dan budaya.
Menurutnya, dominannya pemilih emosional akan menguntungkan pasangan calon Gubernur yang memiliki Elektabilitas dan kombinasi Geopolitik wilayah timur dan luar timur. mereka akan memilih pasangan calon yang memiliki dua kriteria itu.
“Jadi, selama perilaku pemilih di Sulteng masih dominan emosional, maka peluang calon tanpa pertimbangan kombinasi tersebut maka tingkat keterpilih akan sangat kecil. Sulteng akan tetap dipimpin dari Kombinasi Geopolitik tersebut,” ungkap dia.
Sebaliknya, peluang Sulteng dipimpin oleh pasangan dari satu Geopolitik wilayah akan terbuka kalau perilaku pemilih Sulteng berubah dari emosional ke rasional. Pemilih rasional akan memilih atas pertimbangan siapa calon yang paling menguntungkan baginya.
Elektabilitas Tokoh
Selain itu menurut Sigit, Walupun Pilgub masih 2 tahun kedepan namun saat ini sejumlah tokoh Sulteng mulai nampak bergerilya membangun dan memperkuat elektabilitas serta upaya mendongkrak perolehan kursi Deprov pada pileg 2024 mendatang, walaupun langkah dan gerakan yang dilakukan para tokoh tersebut masih tergolong normatif, namun para tokoh tersebut mengisyaratkan bahwa mereka melirik Pilgub Sulteng 2024 mendatang dan ingin menjadi tokoh utama, sebut saja antara lain Anwar Hafid, Moh Irwan Lapata, Ahmad M Ali, Rusdi Mastura.”Ujarnya
Mengenai ke empat Tokoh tersebut jika benar masuk ke pentas Pilgub 2024, Sigit menjelaskan bahwa ke empat Tokoh masing-masing memiliki peluang yang sama, nama-nama tersebut ketokohannya telah mengakar ke grassroad, namun saya katakan dari awal pola Kombinasi pasangan harus diperhitungkan.
“Ada banyak kalkulasi politik yang mesti diukur secara objektif. Faktor-faktor keterpilihan yang mesti dipenuhi oleh seorang figur. Apalagi jika figur tersebut berkeinginan tampil sebagai figur utama,” jelasnya.
Perilaku pemilih masyarakat Sulteng, kata dia, tentu berbeda dengan daerah lain. Menurutnya, ada banyak faktor-faktor besar yang menjadi preferensi dalam memilih figur.
“Seperti halnya faktor pengalaman elektoral tokoh. Punya basis wilayah atau tidak. Pernah menjadi kepala daerah atau tidak. Karena sejak Pemilukada langsung sulteng tahun 2006 era HB Paliudju hingga Rusdi Mastura, selain kombinasi pasangan, masyarakat Sulteng juga mengidolakan figur dengan latar belakang kepala daerah, apalagi jika dalam kepemimpinannya dinilai memuaskan” terangnya.
Namun tentunya untuk menakar lebih dalam terkait pilgub sulteng 2024 Sulteng mendatang kita harus dulu melihat hasil Pileg 2024, karena perolehan Kursi dewan 2024 mendatang akan mempengaruhi dinamika dan kesepakatan kesepakatan politik
Selain itu para tokoh tersebut merupakan elit parpol, hal terpenting yang harus dilakukan para tokoh tersebut saat ini ialah harus berupaya untuk lebih meyakinkan publik serta membangun dan memperluas grassroad agar dapat memperbesar kursi Parlemen sehingga bisa melangkah mulus dan tak terganjal untuk menjadi tokoh utama pada pilgub mendatang, karena berdasarkan pengalaman hasil pileg 2019 lalu belum ada parpol di Deprov Sulteng yang meraih kursi sempurna yang dalam arti untuk mengajukan paslon sendiri tanpa berkoalisi dengan parpol lain.”Terang Sigit Wibowo