Palu, beritasulteng.id – Bentrok yang terjadi di areal jalan pintu masuk dari arah ( Vatumorangga) warga Poboya dengan aparat kepolisian, yang terjadi Pada Rabu sore 26/10/2022, mulai Pukul 17.30 sampai pukul 20.00.
Akibat bentrok dengan aparat kepolisian ada dua warga poboya yang menjadi korban, terkena tembak peluru karet dan satu anak bayi yang usia dua bulan yang terkena semburan gas air mata.

Saat kejadian korban yang terkena tembak ikut terlibat aksi bentrok dengan kepolisian bersama dengan warga, di mana aparat kepolisian melakukan penghalangan masa dengan terus melepaskan gas air mata dan tembakan ke arah masa aksi yang berupaya bertahan di lokasi.

Saat ini korban yang terkena tembak pinggang sebelah kiri sudah di tangani pihak medis dan salah satu bayi berusia dua bulan yang dimana gas air mata memasuki dapur rumah warga pun menjadi korban akibat ulah aparat kepolisian yang rumahnya tidak jauh dari tempat terjadinya bentrok pun telah mendapat penanganan medis, ucap Sofyar salah satu Tokoh masyarakat Poboya.
Pasca bentrok situasi kembali kondusif sampai jam 02.00 malam, sebagian warga Poboya masih bertahan di ( Vatumorangga ) perempatan arah masuk ke lokasi PT. CPM, nampak terlihat jelas tenda warga yang terpasang selama tiga hari hancur lebur di hantam mobil perintis dan water cenon, aku Tokoh Pemuda Irwansyah.

Kami akan tetab bertahan di lokasi ini ( Batumorangga) sebagai bentuk perjuangan mempertahankan tanah Ulayat kami bersama dengan para penambang, kami tidak mau jadi penonton di wilayah kami sendiri, tegasnya saat di temui wartawan media ini pukul 02.00 malam.
Kami ini butuh hidup, kami pinggin mencari rejeki di tanah kami sendiri, olehnya itu kami semua telah sepakat akan menutup akses jalan ini sampai tuntutan kami di penuhi oleh pihak perusahaan baik itu PT.CPM dan PT. AKM, tutur Iwan panggilan akrabnya.

Kalaw warga penambang bisa lewat di jalan ini, begitu juga kendaraan penggangkut air ( Trek ), tapi kalaw karyawan PT. CPM dan PT. AKM kami tidak perbolehkan masuk lewat jalan ini, kami lakukan semata – mata untuk mencari keadilan bagi warga Poboya dan para penambang emas di wilayah Poboya, ucap salah satu anak almarhum mantan ketua adat Ali Djalaludin. ( Nasir Tula )

